Minggu, 01 Juli 2012

Mereka Berdua Harus Diselamatkan Sebelum Terlambat

“Semua penumpang nomer penerbangan … dengan tujuan … diharap segera menuju tempat pemberangkatan, bersiap tinggal landas.” Suara itu menggema di setiap sudut bandara. Salah seorang dai kebetulan juga duduk di sanag, mengemasi kopernya dan bertekad pergi ke bumi Allah yang luas untuk berdakwah. Mendengar panggilan itu, tiba-tiba hatinya merasa marah. Ia tahu betul mengapa banyak orang pergi ke daerah itu, terutama kaum muda. Tiba-tiba, Syekh ini melihat dua pemuda yang usianya kira-kira sama atau lebih sedikit. Penampilan keduanya menunjukkan mereka hendak pergi ke daerah itu untuk tujuan bersenang-senang yang diharamkan.
“Mereka berdua harus diselamatkan sebelum terlambat,” kata Syekh membatin. Ia bertekad untuk mendatangi dua pemuda itu dan menasihatinya. Setan menghadangnya dan berkata, “Apa urusanmu dengan mereka berdua? Biarkan mereka menempuh jalannya sendiri-sendiri. Mereka tidak akan menghiraukanmu.”
Tapi, tekad Syekh sudah bulat. Ia kenal betul dengan tipu daya setan. Karena itu, ia ludahi wajah setan itu, kemudian berlalu. Di depan pintu keluar, Syekh tersebut menghentikan dua pemuda itu. Setelah mengucapkan salam, ia menasihati mereka. Sebuah nasihat yang berkesan dan bermakna. Ia katakan kepada mereka berdua, ‘Bagaimana jika pesawat mengalami kecelakaan dan kalian dijemput ajal dalam keadaan mengantongi niat seperti ini? Dengan muka macam apa kalian akan menghadap Tuhan di Hari Kiamat?’
Air mata dua pemuda itu bercucuran. Kedua hatinya tersentuh oleh nasihat Syekh tadi. Mereka kemudian bangkit dan menyobek tiket pesawat seraya berkata, ‘Wahai Syekh, kami telah membohongi keluarga. Kami bilang pada mereka akan pergi ke Makkah. Bagaimana ini? Apa yang harus kukatakan pada mereka?’ Kebetulan saat itu Syekh bersama salah seorang muridnya. Ia katakan padanya, ‘Pergilah kalian bersama saudaramu ini, ia akan memperbaiki keadaan kalian.’ Kedua pemuda itu pergi bersama sahabatnya. Mereka berniat tinggal bersamanya selama satu minggu, kemudian baru kembali ke keluarganya masing-masing.
Malam itu, di rumah pemuda murid Syekh, seorang dai menyampaikan wejangan yang semakin mengobarkan semangat keduanya. Setelah itu, kedua pemuda tersebut bertekad akan berangkat ke Makkah untuk menunaikan umrah. Begitulah, manusia menghendaki sesuatu, tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki yang lain. Di pagi hari, Setelah semua menunaikan shalat Subuh, mereka bertiga berangkat ke Makkah. Setelah berihram dari miqat, di tengah jalan, itulah akhir dari segalanya. Di tengah jalan, itulah penutup segala sesuatu. Dan, di tengah jalan, itulah perpindahan ke negeri akhirat.
Kecelakaan tragis menimpa mereka. Ketiganya meregang nyawa sebagai korbannya. Darah suci mereka bercampur kepingan kaca yang berserakan. Sambil menarik papas terakhir, mereka meneriakkan, Labbaik Allahumma labbaik… Labbaik Allahumma labbaik… Labbaik la syarika laka labbaik. Tahukah engkau, berapa rentang waktu antara kematian mereka dengan disobeknya tiket pesawat menuju daerah yang tidak jelas itu? Hanya beberapa hari, bahkan hanya dalam hitungan jam. Tetapi, Allah berkehendak memberikan hidayah dan keselamatan pada mereka. Sesungguhnya hanya Allah-lah yang mengetahui hikmah segala sesuatu. Mahasuci Allah! [al-Aiduna Ilallah hal.139]




Sumber: Buku ”Kisah Orang-Orang Shaleh Dalam Mendidik Anak, Pustaka al Kautsar
Artikel: www.kisahislam.net

Tidak ada komentar: