Sabtu, 14 April 2012

Persamaan sepeda dan hati

Saat ini aku teringat sepedaku dirumah yang sudah sangat usang didalam rumah. Sepedaku tersebut sebenarnya masih tergolong baru, tetapi berhubung tidak terpakai akhirnya sepeda tersebut usang dan berkarat. Kerangka roda juga sudah berwarna kecoklat-coklatan dan ban juga nyaris ''kempet'' karena tidak ada udaranya. Rem dan operan  sudah tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya karena jarang diservice. Sebenarnya jika mau jujur tidak ada alasan untuk menyia-nyiakan sepeda dirumah. Tahu sendiri sekarang jamannya Go Green, dari anak kecil sampai orang tua udah mulai menyukai bersepeda. Masalah harganya?. Sekarang harga sepeda banyak yang melebihi harga sepeda motor. Termasuk juga onderdil sepedanya yang sekarang mahal tergantung dari merknya.
Nah, berbicara mengenai sepeda ternyata ada persamaannya dengan hati seseorang. Hati yang tersimpan akan menggerogoti diri sendiri karena jarang digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan sang ''khalik''. Terkadang membiarkannya tersimpan begitu saja tanpa mengizinkannya melihat keluar disekitar kita . Bahkan mengijinkannya untuk melihat hal-hal yang mulia sekalipun. Semoga hati kita tidak rusak dengan penyimpanan kita sendiri yang begitu lama. Sudah saatnya hati kita di''keluarkan'' untuk melihatnya dan merasakan hal-hal baik. Hati kita bukan barang dagangan yang mahal untuk disimpan . Hati juga perlu menyalurkan hasratnya untuk tersenyum dibibir kita. Hati juga butuh tangan untuk menyalurkan kebaikan.Hati juga perlu berinteraksi dengan hati yang lain. Jadi mulai sekarang, gunakanlah hati kita sebaik mungkin, jangan sampai kita menyimpannya terlalu lama.