Bismillah,,.
Gegap gempita perusahaan rokok PT Djarum Kudus begitu bergemuruh. Alunan musik berirama keras bak ingin memecahkan keheningan dan seolah - olah ingin membelah awan yang bergelantungan dilangit. Hari itu pusat perayaan hari ulang tahun dipusatkan di GOR bulu tangkis yang bertaraf internasional di jalan Tanjung Kudus. Hari ulang tahun Djarum Kudus saat itu resmi dibuka oleh Bapak Robert Budi Hartono selaku pemilik perusahaan.
Siang itu saya berinisiatif ingin memulung sampah-saampah yang berserakan didepan GOR bulu tangkis terbesar di Asia tersebut. Asa saya yang berharap agar banyak sampah yang berceceran disana dikarenakan ribuan massa karyawan PT Djarum Kudus yang berkumpul. Apa boleh buat saya hanya diijinkan memungut sampah yang berceceran diluar pagar saja. Satu persatu sampah-sampah layak jual masuk kedalam karung beras. Gram demi gram akhirnya menambah beratnya karung. Peluhpun sudah mulai jatuk ke tanah. Ditengah hiruk pikuk suara alunan musik live samar-samar saya mendengar suara erangan - erangan penuh kesakitan. Sebentar terdengar keras sebentar terdengar begitu lemah. Saya mencoba melihat disekeliling tetapi belum menemukan dimana pusat suara berasal. Saya mencoba untuk kearah seberang jalan untuk mencari sumber suara tersebut.
Saya melihat terdapat rumput yang bergoyang-goyang dan benar, ternyata suara erangan-erangan berasal dari sana. Saya menyibakkan rumput tersebut dan saya mendapatkan seekor kucing kecil cantik berwarna kuning yang lumpuh dan dikerubungi banyak krangkang ( jenis semut berwarna kuning berukuran berukuran agak besar ). Gigitan demi gigitan dari krangkang - krangkang tersebutlah yang membuatnya mengerang sekeras - kerasnya. Dia hanya bisa berguling-guling saja karena tidak memungkinkan dirinya berlari menyelamatkan diri. Tidak perlu berfikir saya mencabut satu persatu krangkang-krangkang yang ''hinggap'' ditubuh kecilnya. saya melihat dia mulai tenang. Ada perasaan lega antara saya dan kucing tersebut. Saya merasa itulah ''sebuah perkenalan'' yang tidak terduga yang direncanakan antara saya dan sang khaliq. Tatapan mata kami saling beradu, dia melihatku seakan-akan ingin mengucapkan sebuah perasaan terima kasih karena telah menolongnya. Sorot matanya begitu mengharukan.
Tanpa berfikir panjang akhirnya saya memutuskan utuk membawanya pulang dikarenakan tidak memungkinkannya dia untuk mencari makan atau melindungi dirinya dalam keadaan lumpuh. Saya meletakkannya di tas jinjing lalu saya kaitkan ke stang sepeda. Sampah-sampah juga sudah siap saya letakkan di belakang sadel sepeda. Saya memutuskan untuk bergegas pulang.... setidaknya agar dia bisa bergabung dengan saudara-saudaranya yang lain. Saya intip dari celah tas bagian atas ternyata dia tertidur pulas setelah merasa kelelahan berkutat dengan krangkang-krangkang yang menggitnya.
Hari demi hari kami merawatnya dengan penuh kasih sayang, termasuk Ibu saya yang sering menganggapnya sebagai bagian keluarga. Beliau sering menyuapinya dengan susu hangat dikarenakan belum memungkinkannya untuk memakan sesuatu. Ibu juga sering memijat-mijat ringan pada bagian kaki-kakinya yang lumpuh. Lambat laun kucing kecil sudah mulai membaik dari yang hanya bisa berguling-guling saja meningkat sudah bisa menelungkup dengan tenang. Dia juga sudah bisa makan nasi dan ikan. Hari-hari berikutnya dia sudah mulai bisa berdiri meskipun belum bisa seimbang . Tubuhnya juga sudah mulai sedikit berisi.
Dengan penuh kesabaran akhirnya dia sudah mulai bisa sedikit berjalan dengan tiga kaki. Kaki satu bagian depan yang masih kaku digunakan untuk mejaga keseimbangannya. Setidaknya ketika dia sudah bisa mulai berjalan kami merasa sangat terharu,. Kami merasa seperti merawat anak sendiri. Hari - hari berikutnya saya lihat perkembangannya terus berlanjut, dia sudah mulai bisa mulai bermain dengan saudara-saudaranya yang lain. Dia sudah mulai dapat berdiri...
Hari berlalu terasa begitu cepat. Pada suatu sore tiba-tiba saya mendapatinya tubuhnya mengejang, perutnya juga sedikit menggepeng dan dia merasa kesakitan. Mungkin ada kendaraan bermotor yang baru saja menabraknya. Lambat laun tubuhnya melemas, matanya sudah mulai melemah dan akhirnya memejam. Kucing kesayangan kami telah meninggalkan kami selama-lamanya. Allah sudah membebaskan kami dalam merawatnya. Tidak ada lagi suara erangan kesakitan atau suara merdunya yang menghiasi rumah kumuh kami. Yang ada hanyalah tangisan lemah saya...
Dia meninggalkan kami dalam sebuah pelukan yang sangat erat. Ciuman kasih sayang saya persembahkan untuk terakhir kalinya. Untuk kucing saya yang cantik....
Allah yang mempertemukan saya dengan kenangan yang begitu indah . Saya meyakini beberapa bagian hidup saya dan hidupnya adalah sebuah takdir yang telah dituliskan-Nya.
Saya sangat menyayangimu semoga dilain waktu entah dikehidupan yang lain Allah mempertemukan kami dengan penuh kecintaan-Nya.
Saya menyayangimu...
Pusss...
Cerita indah di
Hari ulang tahun Djarum April 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar